Permusuhan iblis kepada manusia tidak berhenti dengan sikap takburnya, tetapi dilanjutkannya dengan permusuhan yang berkekalan sehingga Hari Kiamat. Setelah enggan sujud kepada manusia, iblis bertekad:
Iblis berkata: “Berilah tempoh kepadaku hingga hari mereka dibangkitkan (Hari Kiamat).”
[al-A’raaf 7:14]
Dalam tempoh tersebut, iblis secara khusus dan syaitan secara umum, berjanji akan bertungkus lumus mengganggu manusia dengan objektif utamanya:
Agar manusia menjadi sesat:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
(Iblis berkata): Jika Engkau beri tempoh kepadaku hingga Hari Kiamat, tentulah aku akan menyesatkan zuriat keturunannya (manusia), kecuali sedikit (di antaranya).
[al-Isra’ 17:62]
Agar manusia menjadi kafir:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
(Demikian) itu samalah seperti (sikap) syaitan ketika ia berkata kepada manusia: “Berlaku kufurlah engkau!”
[al-Hasyr 59:16]
Agar manusia syirik kepada Allah:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berkhutbah:
Ketahuilah! Sesungguhnya Tuhanku menyuruhku untuk mengajar kalian apa yang kalian tidak tahu dan Allah telah mengajarku pada hari ini, iaitu setiap harta yang Aku (Allah) berikan kepada seseorang hamba adalah halal dan sesungguhnya Aku mencipta hamba-hamba-Ku semuanya dalam keadaan (fitrah yang) cenderung kepada agama yang lurus (Islam). Akan tetapi syaitan-syaitan mendatangi mereka dan memalingkan mereka dari agama mereka (Islam) dan mengharamkan ke atas mereka apa yang Aku halalkan bagi mereka. Dan syaitan-syaitan itu menyuruh mereka mempersekutukan Aku dengan apa yang tidak Aku berikan keizinan kepada mereka.[2]
Agar manusia memasuki neraka:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Sesungguhnya syaitan adalah musuh bagi kamu, maka jadikanlah ia musuh (yang mesti dijauhi tipu dayanya); sebenarnya ia hanyalah mengajak golongannya supaya menjadi dari penduduk neraka.
[Fatir 35:06]
Dalam ayat keenam surah Fatir di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan bahawa syaitan adalah musuh kita dan dengan itu Allah memerintahkan kita untuk menjadikannya sebagai musuh juga.
Dipetik daripada catatan Ust Hafiz Firdaus Abdullah